Apakah Oksigen Industri Bisa Jadi Oksigen Medis? Simak Penjelasan Dosen Kimia UNAIR

Beberapa waktu lalu saat kasus covid melonjak pada awal Juli, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk menyuplai oksigen yang diproduksinya ke rumah sakit di Jakarta dan Banten untuk penanganan pasien Covid-19. Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menghubungi PT Krakatau Steel (Persero) untuk memasok oksigen ke rumah sakit. Luhut meminta agar produsen oksigen di Indonesia mengkonversi produknya untuk kebutuhan farmasi.

Lalu apakah oksigen industri bisa jadi oksigen medis?

Ketua Departemen Kimia Universitas Airlangga (Unair) Mochamad Zakki Fahmi menjelaskan, konversi oksigen industri menjadi oksigen medis bisa saja terjadi karena proses pembuatannya hampir sama. Ia mengatakan, perbedaannya terletak pada oksigen medis yang diarahkan memiliki tingkat kemurnian lebih tinggi.

“Jadi mungkin saja. Tetapi yang perlu diperhatikan, bagaimana oksigen industri itu bisa dimurnikan, sehingga selevel dengan oksigen medis,” kata Zakki saat dihubungi oleh detikEdu.

Dosen Kimia Unair ini menjelaskan, oksigen medis didesain memiliki tingkat kemurnian oksigen tinggi. Hal ini menyebabkan alat yang digunakan untuk memproduksi atau oxygen generator pada oksigen medis lebih spesifik.

“Sedangkan oksigen industri itu memang tidak memikirkan adanya senyawa lain, atau partikulat-partikulat dari sistem yang memompa. Misalnya gini, kompresor itu kan namanya juga seperti pompa. Dalam pompa, ada minyak yang digunakan sebagai pelumas dan sebagainya. Kalau di oksigen industri, itu nggak masalah,” kata Zakki.

Zakki menuturkan, konversi oksigen medis perlu memastikan tidak adanya partikulat pada oksigen industri dan pengurangan penggunaan komponen yang bisa menghasilkan partikel.

“Tapi kalau di oksigen medis, itu tidak boleh ada komponen-komponen yang bisa menyampuri, seperti dari baja khusus yang tidak mungkin meriliskan partikelnya atau mencampuri oksigen. Nah ini yang perlu di-setting,” imbuhnya.

Pemurnian Oksigen

Ia menambahkan, konversi oksigen industri ke oksigen medis pada intinya adalah proses pemurnian oksigen. Salah satu aspek lainnya yang perlu dihindari, lanjut Zakki, adalah kemungkinan adanya bakteri. Ia mengatakan, kendati kemungkinannya kecil karena bakteri dapat hancur pada tekanan tinggi, faktor risiko ini harus menjadi pertimbangan dalam proses pemurnian oksigen ini.

“Misalkan konsentrasinya dipertinggi, kadar nitrogen dan CO2-nya bisa difilter. Kemudian dari aspek fisik, adanya partikel-partikel yang mungkin dari hasil kompresor dari oksigen hasil industri bisa difilter, adanya mikroorganisme dan bakteri bisa difilter, pasti sama hasilnya (dengan oksigen medis),” jelas Zakki.

Zakki menuturkan, kegagalan filter seperti masuknya senyawa lain, nitrogen dan CO2, tidak bermasalah besar untuk orang sehat. Ia menggarisbawahi, oksigen medis pada dasarnya memenuhi kebutuhan orang sakit, sehingga kadar nitrogen tinggi juga menimbulkan risiko lain. Ia menambahkan, adanya CO2 juga tidak membantu pasien cepat sembuh karena kebutuhan oksigen pada pernafasan terkendala, sehingga membutuhkan kadar oksigen yang tinggi.

“Kalau filter CO2 atau nitrogennya tidak bekerja secara baik, suplai oksigen ke pasien jadi berisiko,” kata Zakki.

Ia menjelaskan, adanya partikulat sangat berbahaya buat pasien karena dapat merusak paru-paru. Di sisi lain, adanya mikroorganisme lain di paru-paru bisa membuat tubuh mengalami sakit yang lebih parah atau dapat melawannya. “Tetapi ini risiko yang tidak layak kita ambil,” katanya.

Zakki menjelaskan, pemurnian oksigen industri menjadi oksigen medis dengan filter yang baik dapat membantu pemenuhan kebutuhan oksigen nasional dengan suplai besar. Ia menggarisbawahi, perlu memastikan sistem filter yang dipakai bagus.

Ia menambahkan, sejumlah negara kini berlomba-lomba menghasilkan teknologi membran gas dan cair, juga memodifikasi desain untuk memberikan hasil oksigen yang diinginkan.

“Ketika kita bisa memastikan sistem filter bagus, tentu akan boleh juga untuk mengonversi oksigen industri menjadi oksigen medis,” kata Zakki.

Zakki mengatakan, pemurnian oksigen saat ini bisa ditempuh dalam dua cara. Cara pertama yakni dari oksigen konsentrator lalu dimurnikan lagi menjadi oksigen medis yang mencapai kemurnian 99 persen. Kemudian cara kedua yakni dari oksigen industri lalu dimasukkan ke filter khusus, sehingga menjadi oksigen medis.

“Itu pilihan. Dan itu tentu boleh ketika itu memungkinkan. Kelebihannya, pasokan oksigen di negara kita terpenuhi,” kata Zakki.

Zakki menerangkan, konversi oksigen industri ke oksigen medis sejauh ini memang hal yang jarang dilakukan karena biasanya dipicu adanya kasus khusus dan kebutuhan seperti pandemi saat ini.

“Karena memang kompresornya beda, atau sistem oxygen generator- nya berbeda. Kebanyakan oksigen industri biasanya kalau mau membuat oksigen medis biasanya akan merancang alat khusus, kompresor, atau oxygen generator khusus medis,” jelasnya.

Ia menambahkan, sementara di bidang kesehatan, rumah sakit biasanya membeli oksigen medis karena memiliki jaminan sertifikat.

“Memang jarang orang melakukan, industri rumah sakit misalnya. Untuk memperhemat kebutuhan oksigen kemudian mengambil oksigen industri untuk dijadikan oksigen medis, itu pilihan yang rasanya tidak pernah dilakukan teman-teman di bidang kesehatan. Teman-teman di kesehatan lebih cenderung karena memang oksigen membeli oksigen medis karena ada jaminan sertifikatnya,” kata Zakki.

Zakki mengatakan, pengadaan oksigen medis idealnya butuh alat spesifik dan sertifikasi. Hal ini untuk menjamin bahwa oksigen yang dihasilkan memang berkualitas standar oksigen medis.

“Sejauh ini tidak ada badan baru (untuk sertifikasi), adanya aturan WHO tentang spesifikasi oksigen medis. Ini sesuatu yang baru. Tetapi teman-teman di industri oksigen mengetahui sistem dan bagaimana untuk sertifikasi kualitas dari oksigen medis itu,” kata Zakki.

Diunggah kembali oleh Admin Web dari sumber https://www.detik.com/edu/edutainment/d-5632456/oksigen-industri-bisa-jadi-oksigen-medis-ini-penjelasan-dosen-kimia-unair/3